Sejarah dan Perkembangan Bahasa Isyarat

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Isyarat

Blog Jitu — Bahasa Isyarat, juga dikenal sebagai Bahasa Isyarat Tuna Rungu (BISINDO) atau Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDI), adalah sistem komunikasi visual-gestural yang digunakan oleh komunitas tuna rungu atau orang dengan gangguan pendengaran. Ini adalah bahasa alami yang memiliki tata bahasa, kosakata, dan struktur uniknya sendiri.

Bahasa Isyarat digunakan oleh orang dengan gangguan pendengaran untuk berkomunikasi dengan satu sama lain, menyampaikan gagasan, emosi, dan informasi. Ini bukan hanya tangan yang digunakan, tetapi juga gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan isyarat visual lainnya.

Bahasa Isyarat menggunakan gerakan tangan, jari, dan lengan, serta ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan isyarat visual untuk mengkomunikasikan pesan. Isyarat-isyarat ini membentuk kata, frasa, dan kalimat yang dapat digunakan untuk menyampaikan makna yang kompleks.

Bahasa Isyarat memiliki tata bahasa yang berbeda dengan bahasa lisan. Itu memiliki pola struktur kalimatnya sendiri, termasuk tata bahasa, urutan kata, dan keterikatan gramatikal. Bahasa Isyarat tidak hanya merupakan terjemahan langsung dari bahasa lisan, tetapi memiliki keunikan dan kekayaan ekspresi sendiri.

Seperti bahasa lisan, Bahasa Isyarat juga memiliki variasi regional. Berbagai komunitas Bahasa Isyarat di berbagai negara atau wilayah memiliki dialek, kosakata, dan gerakan isyarat yang sedikit berbeda. Misalnya, Bahasa Isyarat Amerika (ASL) berbeda dengan Bahasa Isyarat Inggris (BSL) yang digunakan di Inggris.

Di banyak negara, Bahasa Isyarat telah diakui sebagai bahasa resmi atau bahasa minoritas yang dilindungi secara hukum. Banyak negara juga mengajarkan Bahasa Isyarat sebagai mata pelajaran di sekolah-sekolah untuk mendukung komunikasi dan inklusi bagi komunitas tuna rungu.

Seperti bahasa lisan, Bahasa Isyarat juga terus berkembang seiring waktu. Ada penggunaan dan pembaruan isyarat untuk konsep-konsep baru atau perkembangan dalam budaya dan teknologi. Selain itu, ada juga literatur dan karya sastra dalam bentuk Bahasa Isyarat, seperti puisi, cerita, dan drama yang diciptakan oleh orang-orang dengan gangguan pendengaran.

Bahasa Isyarat merupakan sarana penting bagi komunitas tuna rungu untuk berkomunikasi, menyampaikan gagasan, dan berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan sosial dan budaya. Pengakuan dan pemahaman terhadap Bahasa Isyarat membantu mempromosikan inklusi dan kesetaraan bagi orang dengan gangguan pendengaran.

Artikel serupa juga ditayangkan di jurnal firman berjudul "Apa Itu Effort Bahasa Gaul"

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama